Dibui semilir angin bukit dan
tertutup oleh rimbunan pohon jati siapapun tidak akan menyangka ada “emas
hijau” yang menancar di balik bukit yang malu-malu. Itulah kondisi yang akan
kita rasakan begitu memasuki sebuah dusun di Desa Papringan Kecamatan Temayang.
sebuah
dusun kecil bernama Dusun Joho orang luar tidak akan mengetahui bahwa desa
tersebut masih di wilayah Desa Papringan karena jika ingin ke susun tersebut
harus melalui kecamatan Gondang tepatnya desa Pajeng yang menjadi wilayah
kecamatan tersebut dan jarak dari dusun Joho ke desanya sekitar 29 Km karena
akses jalan yang memutar.
Tapi dibalik semua itu Desa Joho memiliki potensi
yang luar biasa ada emas hijau di sana. Jangan salah tafsir emas hijau yang
dimaksud adalah hamparan bawang merah yang tumbuh subur di daerah tersebut.
Kapan
awalnya sejarah adanya tanaman bawang merah merupakan tanaman turun temurun sehingga
belum ada sentuhan teknologi dalam budidaya tanaman tersebut. Bawang Merah sebagia salah satu merupakan tanaman
semusim yang banyak dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan akan
komoditas ini semakin meningkat karena hampir semua masakan membutuhkan
komoditas ini. Tuntutan pasar akan mutu dan persyaratan kesehatan semakin
tinggi. Tuntutan pasar akan produk pertanian segar tidak saja bebas pestisida
tetapi telah berkembang pada tuntutan produk pertanian yang bebas bahan kimia
dan prosesnya yang tidak merusak lingkungan.
Budidaya bawang merah yang dilakukan petani Indonesia umumnya belum
mengikuti sepenuhnya kaidah budidaya yang benar. Hal ini mengakibatkan usaha
agribisnis komoditas ini belum memberikan hasil yang optimal bagi pelakunya.
Oleh sebab itu, perbaikan tingkat kesuburan lahan dengan penggunaan pupuk
organik yang optimal, penerapan tehnik budidaya secara benar, perbaikan
penanganan pasca panen, prosesing dan pemasaran perlu dilakukan agar hasil
panen bawang merah mempunyai nilai tambah.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar
dalam negeri dan untuk ekspor diperlukan produk yang mempunyai kualitas baik
dan aman komsumsi. Untuk itu proses
produksi perlu dilakukan secara baik sesuai Standart Operational Procedure ( SOP ) yang bersifat lokal spesifik
berbasis Good Agriculture Practise ( GAP ) atau norma budidaya yang baik.
Pada bulan Juni 2011 Kelompok Tani
Sedyo Utomo II Dusun Joho Berkesempatan melakukan kegiatan Sekolah lapang GAP
bawang merah dan sampai sekarang telah menerima sertifikat regristrasi lahan
untuk bawang merahsehimgga telah tercatat secaa online bawah sentra bawang
merah ada di daerah tersebut.
Bawang merah merupakan sayuran umbi yang populer di masyarakat mengigat
fungsinya sebagai bumbu penyedap masakan sehari-hari dan juga banyak
dimanfaatkan sebagai obat. Dalam
pengembangan bawang merah, peran benih sebagai sarana produksi tidak dapat
digantikan oleh sarana lain, sehingga upaya pengembangannya sangat ditentukan
mutu benihnya.
Upaya peningkatan ketersediaan benih bermutu bawang merah dari
dalam negeri perlu dilakukan dengan cara meningkatkan ketersediaan benih sumber
dan memperbaiki penerapan tehnologi produksinya.
Ketersediaan benih yang bermutu dan bersertifikat
dilapangan masih sangat kurang. Untuk kebutuhan di Bojonegora masih belum
mencukupi. Produksi yang di hasilkan saat ini dari 9 ha lahan penangkaran baru 54 ton oleh sebab itu kami Kelompok Tani
“SEDYO UTOMO II” terus berupaya membuat penangkaran benih bawang merah dengan
nama PB. SEDYO UTOMO dengan dibawah bimbingan dari DIPERTA Bojonegoro dan
pengawasan dari UPT PSBTPH Jawa Timur.
Posting Komentar